Nahwu
merupakan bagian dari ‘Ulûmul ‘Arabiyyah, yang bertujuan untuk menjaga dari
kesalahan pengucapan maupun tulisan. Ilmu nahwu adalah ilmu yang membahas
tentang aturan akhir struktur kalimah (kata) apakah berbentuk rafa’, nashab,
jarr, atau jazm.
Ilmu Nahwu
merupakan ilmu yang pertama kali dibukukan dalam Islam, karena berkaitan dengan
memelihara lisan dari kesalahan ketika membaca al-Qur an. Disamping itu, ilmu Nahwu
juga termasuk kategori ilmu pembantu dalam mempelajari ilmu-ilmu lainnya.
Misalnya, ilmu Usul Fiqh, Tafsir, Fiqh, Mantiq dan lain-lainnya.
Ketika Islam
mampu mengembangkan sayapnya ke belahan dunia. Maka, secara otomatis bahasa
Arab juga ikut andil dalam hal itu. Karena disamping sebagai bahasa resmi umat
islam terutama shalat, juga Negara Arab sebagai tempat turunnya agama Islam,
yang ketika itu Makkah sebagai daerahnya. Karena itu, bahasa Arab akhirnya
banyak yang ingin mempelajarinya sehingga tidak terlepaslah dari percampuran
dengan bahasa lain yang secara pasti akan merubah susunan gramatikalnya.
Akhirnya, fenomena ini menjadi perhatian penting pencinta dan pemerhati bahasa
Arab sendiri, karena seringnya mereka menemukan kesalahan (lahn) dalam berbicara
dan penulisan. Hal ini terjadi, tidak lepas karena orang non Arab (azam) dalam
berbicara keseharian masih selalu menggunakan bahasa
negaranya
sendiri, sehingga ketika berbicara dengan orang yang berketurunan Arab selalu
terdapat kesalahan dalam melafalkan kalimat.
Dalam satu
riwayat disebutkan, bahwa Abu Al-Aswad Ad-Dhual sebagai pencinta dan pemerhati
bahasa Arab yang tinggal di negeri Basrah (sekarang, Irak) pernah menemukan
seorang qori sedang mentilawahkan al-Qur an. Ketika itu, qori tersebut membaca
kata “rasuulihi” yang terdapat dalam ayat “innallaaha bariiun minalmusyrikiin
wa rasuuluhu“� dengan
berbaris bawah (kasrah) dengan maksud meng’athaf kannya kepada kata”
al-musyrikiin“.
Dalam
riwayat yang lain, suatu malam Abu Al-Aswad Al-Dhual sedang duduk di balkon
bersama putri kesayangannya, ketika sang putri melihat bintang-bintang di
langit begitu indah sekali dengan menimbulkan cahaya yang gemilang, sehingga
timbul kekagumannya dan mengatakan “ma ahsannus sama a” sebagai badal dari
kalimat kagum (ta’azzub) yang seharusnya “ma ahsanasama i“. Dan telah banyak ia
mendengar keselahan-kesalahan masyarakat pada waktu itu dalam berbicara,
sehingga timbul kekhawatirannya akan rusaknya estetika gramatikal bahasa Arab
dari wujud� aslinya.
Kemudian ia pergi mengadukan hal-hal yang pernah ditemukannya, yang berkaitan
dengan kerusakan estetika gramatikal bahasa Arab kepada Saidina Ali Ra.
Nahwu merupakan bagian dari ‘Ulûmul ‘Arabiyyah, yang bertujuan untuk menjaga dari kesalahan pengucapan maupun tulisan. Ilmu nahwu adalah ilmu yang membahas tentang aturan akhir struktur kalimah (kata) apakah berbentuk rafa’, nashab, jarr, atau jazm.
No comments :